Seniman Nasional Ikut Pameran “Kapacak” di Bukittinggi
Tiga puluh empat seniman dari Yogyakarta, Bandung, dan Sumatera Barat mengikuti pameran seni rupa Tambo #3 di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukittinggi, Sumatera Barat selama sepekan, 11-17 September 2018.
Para seniman yang diikat asal daerah Sumatera Barat memamerkan karya dalam bingkai tema “kapacak”. “Kapacak” adalah online baccarat Bahasa Minangkabau yang artinya kena percikan air atau benda cair lainnya.
Dari Yogyakarta hadir karya-karya seniman yang tidak asing lagi di dunia seni rupa Indonesia, Jumaldi Alfi, Yunizar, Zulkarnaini, Gusmen Heriadi, dan Erizal As. Sedangkan dari Bandung Fazar Roma Agung Wibisono.
Seniman yang tinggal di Sumatera Barat yang ikut pameran di antaranya Herisman Tojes, Kamal Guci, Hamzah, Ibrahim, Yon Indra, Romi Kumik, Irwandi, Nasrul Palapa hingga generasi lebih muda.
Penyelenggara pameran adalah Tambo Arts Center (TAC). Ketua TAC Yon Indra mengatakan, tema “kapacak” diangkat bertujuan untuk menggandeng dan mengajak seluruh elemen seni rupa untuk saling bekerja sama dan bergerak bersama dengan proses kreatif.
Seniman Nasional Ikut Pameran
Ia menyebutkan, terkait acara pameran juga ada kunjungan ke studio seniman, diskusi seni, wisata budaya, dan kuliner khas Minangkabau. Pameran dibuka pada Rabu, 11 September 2018 malam oleh Kapolda Sumatera Barat yang diwakili salah seorang direktur.Juga hadir memberikan sambutan Penasihat TAC Buya Mas’oed Abidin.
Pembuakaan pameran juga dihadiri tamu spesial, Oei Hong Djien dan Melanie Setiawan. Djien adalah tokoh yang sangat dikenal di dunia seni rupa Indonesia sebagai kolektor, kurator seni rupa, dan pemilik OHD Museum di Magelang. Sedangkan Melanie terkenal sebagai “Ibu” seni rupa Indonesia.
Melanie mengatakan, persahabatannya dengan seniman yang berasal dari Ranah Minang telah terjalin lama. Bahkan beberapa telah dikenalnya sejak masih kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
“TAC telah membuktikan bahwa jangkau-apresiasinya tidak semata untuk masyarakat Sumatera Barat, tapi juga nasional, bahkan internasional,” ujarnya.
Penulis katalog Suwarno Wisetrotomo mengatakan, para perupa yang tinggal di Padang Panjang menginisiasi sebuah institusi bernama Tambo Arts Center (TAC) dan menggagas sebuah peristiwa seni tahunan bernama TAMBO.
Nama yang dipilih, Tambo, sudah mengisyaratkan isi dan ambisi mereka para pendiri TAC, antara lain Hamzah, Yon Indra, Ibrahim, dan Martwan, menggulirkan kesadaran sejarah dan budaya melalui seni atau kesenian.
Comentários recentes